Thursday, August 14, 2008

Orientalis VS Imam Bukhari

. Thursday, August 14, 2008

Orang-orang orientalis menuduh bahwa penelitian hadits yang dilakukan oleh Imam Bukhari tidak dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah. oleh karena itu hadits-hadits yang terhimpun dalam kitab Shahih al-Bukhari tidak dapat dijadikan rujukan.


Imam Ibnu Shalah mengatakan bahwa kitab yang paling auntentik (sahih) sesudah al-Qur'an adalah "Shahih al-Bukhari" dan "Shahih Muslim". pendapat ini kemudian di ikuti dan dipeloporkan oleh Imam Nawani seraya diberi tambahan bahwa para ulama telah ijma' (sepakat) dalam masalah itu, sementara umat Islam juga sudah menerimanya. yang dimaksud dengan ulama atau umat Islam oleh Nawawi tentulah mereka yang hidup antara abad III sampai VII H, yaitu antara wafatnya Imam Bukhari dan Imam Nawawi. Sedang ulama dan umat Islam sesudah abad VII tidak termasuk dalam hal ini.

Namun demikian kenyataannya sampai abad XV ini pendapat di atas masih juga tetap relevan dan diakui oleh para ulama. Padahal koleksi hadis-hadis Bukhari tidak luput dari berbagai kritikan baik dahulu maupun sekarang. dan sayangnya pengakuan itu akhirnya membawa dampak yang kurang melegakan dalam penelitian hadis, dimana para ulama umumnya lebih cenderung untuk mengikuti pendapat Imam Nawawi tadi, sehingga mereka merasa tidak perlu lagi bersusah payah untuk meneliti hadis selagi hal itu terdapat dalam Shahih al-Bukhari atau Shahih Muslim. kecendurang ini pada gilirannya juga menjalar kepada kitab-kitab koleksi hadis yang lain, dimana diakui adanya penurunan gairah dalam meneliti hadits-hadits secara umum.

Pada tahun 1890 Ignaz Goldziher (1850-1921) Orientalis Yahudi kelahiran Hungaria - menerbitkan hasil penelitiannya tentang hadis Nabawi dengan judul Mohammedanische Studien, dimana ia membantah otentitas apa yang disebut hadis oleh orang-orang Islam. menurut hadis nabawi tidak lebih dari produk perkembangan keadaan sosial politik Islam pada waktu itu. ia juga menuduh bahw yang disebut sanad adalah bikinan orang-orang Islam. Menurutnya hadits nabawi tidak lebih dari produk perkembangan keadaan sosial politik Islam pada waktu itu. ia juga menuduh bahwa yang disebut sanad adalah bikinan orang-orang belakangan. kemudian pada tahun 1950 Joseph Schacht yang mengikuti jejak Goldziher menerbitkan hasil penelitiannya dalam judul The Origins of Muhammadan Jurisprudence. Apabila Goldziher hanya sampai pada peringkat meragukan otentisitas hadis, maka Schacht berhasil "meyakinkan" tidak adanya otentisitas itu, khususnya hadis-hadis fiqih.

Dampak positif dari gebrakan dua orang orientalis di atas adalah munculnya buku Studies in Early Hadith Literature tahun 1968 karangan Prof. Dr. Muhammad Mustafa Azami. beliau melakukan penelitian hadis secara umum. Dimana ia membuktikan hadis-hadis nabawi dengan sejumlah manuskrip yang otentik bahwa hadis nabi sudah ditulis pada waktu Nabi Muhammad saw. masih hidup, sedang tuduhan Goldziher dan Schacht tidak lebih dari sekedar isapan jempol belaka.

Akan halnya koleksi hadis dalam Shahih al-Bukhari secara khusus. agaknya karena pendapat Imama Nawawi tadi sudah terlanjur menjadi "dalil" akhirnya penelitian khusus untuk hal itu dianggap kurang penting. Apalagi kritikan terhadap sejumlah hadis dalam Shahih al-Bukhari juga sudah disanggah antara lain oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Hady al-Sari dan "Fath al-Bari". Namun akibat lebih jauh dari hal itu adalah kenyataan bahwa kebanyakan umat Islam tidak mengatahui siapa Imam Bukhari, bagaimana asal muasal kitabnya yang populer itu,bagaimana metode beliau dalam meneliti dan mengkritik hadis, dan lain sebagainya. padahal di pihak lain mereka juga tidak pernah membantah pendapat Imam Nawawi yang di muta tadi.

0 comments:

 

© Copyright 2007-2008. Namablog.com . All rightsreserved | namablog.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com