Wednesday, November 12, 2008

. Wednesday, November 12, 2008
0 comments

BAB I

PENDAHULUAN


Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah. Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.

Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiam Bimbingan dan Konseling

Beberapa pengertian bimbingan diantaranya:

- Jones: guidance is the help given by one person to another in making choice and justment and in solving problems. Pengertian ini mengandung maksud bahwa pembimbing hanya bertugas membantu agar individu mampu membantu dirinya sendiri dan keputusan terakhir tergantung pada individu yang bersangkutan.

- Rochman Natawidjaja: bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu dapat memahami dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

- Bimo Walgito: bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar dapat menyesuaikan kesejahteraan hidupnya.

Dari definisi di atas disimpulkan bahwa bimbingan merupakan (a) proses yang berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c) bertujuan agar individu dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya.

Istilah konseling sering diartikan sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang tepat. Untuk menekankan kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan konseling. Kegiatan-kegiatan konseling mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Pada umumnya dilaksanakan secara individual

2. Pada umumnya dilaksanakan dalam suatu perjumpaan tatap muka

3. Dibutuhkan orang yang ahli

4. Tujuan diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.

5. Klien pada akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.

B. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah

Tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang seutuhnya. Bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.

Kehadiran koselor sekolah membantu guru dalam memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang erta kaitannya dengan profesi guru, seperti keadaan emosional yang mempengaruhi proses belajar-mengajar, mengembangkan sikap positif dan menangani masalah yang ditemui guru dalam pelaksanaan tugasnya.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang saling menunjang demi terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sekolah.

C. Tujuan Bimbingan di Sekolah

Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam 1) mengatasi kesulitan belajar, 2) mengatasi kebiasaan yang tidak baik pada saat kegiatan belajar maupun dalam hubungan sosial, 3) mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, 4) hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi, 5) kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekerjaan dan 6) mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yang berasal dari murid berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yang lebih luas.

Dalam bahasa lain. Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan serta mengembangkan kemampuan dan potensinya.

D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelejaran

Salah satu problem yang dihadapi siswa di sekolah adalah kesulitan belajar. Ciri yang tampak seperti nilai jelek, hasil tidak sesuai dengan usaha, sikap yang kurang baik; menentang, berdusta dan tingkah laku lain seperti membolos.

Siswa kadang tidak mengetahui bahwa ia bermasalah. Dalam keadaan seperti ini hal yang diperlukan siswa yaitu 1) bimbingan belajar. 2) bimbingan sosial dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi.

1. Bimbingan belajar

Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar di dalam atau luar sekolah; meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan waktu dan kegiatan belajar, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, dan hal yang berkaitan dengan cara, proses, prosedur dalam belajar.

2. Bimbingan sosial

Tujuan bimbingan sosial yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok, sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi bimbingan sosial dimaksudkan untuk memperoleh kelompok belajar dan bermain, persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan membantu dalam menyelesaikan masalah tertentu.

3. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi

Beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik, misalnya antara intelektual dan emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak, antar situasi. Menurut Downing, layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam membantu menciptakan hubungan sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan partisipasi, mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan motivasi belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.

E. Landasan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan di sekolah mengikuti prinsip atau landasan yang akan menentukan pendekatan dalam membantu klien, yaitu:

- Memperhatikan perkembangan siswa sebagi individu mandiri yang berpotensi

- Bimbingan berkisar pada dunia subjektif individu

- Bimbingan dilaksanakan atas kesepakatan dua pihak

- Bimbingan berlandaskan pengakuan atas hak asasi

- Bimbingan bersifat ilmiah dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu psikologis

- Pelayan untuk semua siswa, tidak hanya yang bermalah saja

- Bimbingan merupakan proses, terus menerus, berkesinambungan dan mengikuti tahapan perkembangan anak.

F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Prinsip ini mengatur landasan teoritis pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Terdapat empat prinsip yaitu prinsip umum, prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing. Individu pembimbing dan prinsip yang berkaitan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.

Prinsip umum antara lain mengatur tentang pengkajian masa lalu sebagai pembentuk aspek kepribadian, pemahaman atas perbedaan karakter tiap individu, bantuan diberikan agar individu mampu mandiri, bimbingan harus disesuaikan dengan program pendidikan, bimbingan dipimpin orang yang profesional dan terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan.

Prinsip yang berkaitan dengan individu yang dibimbing: bimbingan haruslah ditujukan pada seluruh siswa, ada kriteria prioritas layanan. Bimbingan harus berpusat pada siswa, haruslah dapat memenuhi kebutuhan tiap individu yang beragam. Keputusan terakhir haruslah pada klien dan klien berangsung-angsur harus mampu untuk mandiri.

Prisnip bagi pembimbing meliputi kualifikasi yang memadai, kesempatan mengembangkan diri lewat berbagai pelatihan. Pembimbing perlu memanfaatkan semua sumber, berbagai metode dan teknik bimbingan bagi efektivitas pemberian bantuan pada siswa. Konselor harus menjaga asas kerahasiaan klien.

Prinsip dalam organisasi dan administrasi bimbingan meliputi prinsip kesinambungan, ada kartu pribadi bagi setiap siswa, bimbingan harus disesuikan dengan kebutuhan sekolah. Ada pembagian waktu yang baik, berbagai metode bimbingan baik individual dan kelompok. Sekolah perlu bekerja sama dengan lembaga lain diluar sekolah dan kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelakasanaan bimbingan.

G. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:

1. Asas kerahasiaan

Asas ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.

2. Asas keterbukaan

Asas ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan.

3. Asas kesukarelaan

Asas ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi atas permasalahannya.

4. Asas kekinian

Fokus pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan dalam pertemuan konseling.

5. Asas kegiatan

Konseling dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan. Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.

6. Asas kedinamisan

Dinamis merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik.

7. Asas keterpaduan

Dalam pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses layanan.

8. Asas kenormatifan

Usaha layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.

9. Asas keahlian

Proses konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling.

10. Asas alih tangan

Asas ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.

11. Asas tut wuri handayani

Makna layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan datang.

H. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada 1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi permasalahan yang dihadapi.

1. Orientasi individual

Tiap individu berbeda, didasarkan atas latar belakang pengalaman dan sifat kepribadian yang dimiliki. Hal ini harus menjadi perhatian yang besar dalam memberikan konseling karena perbedaan dasar ini akan mempengaruhi cara konseling dan cara menganalisis masalah.

2. Orientasi perkembangan siswa

Tiap individu dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas perkembangan. Pencapaian tugas perkembangan merupakan tolak ukur dalam mendeteksi permasalahan klien. Bertolak dari hal ini konselor dapat mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan klien agar pemecahan masalah berlangsung dengan efektif dan efisien.

3. Orientasi permasalahan yang dihadapi

Proses konseling harus berfokus pada permasalahan yang saat ini dihadapi klien. Hal ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus arif dan bijaksana menanggapi klien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran yang dituju untuk memecahkan masalah klien.

I. Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling

1. Perkembangan pendidikan

Perkembangan pendidikan akan selalu terkait dengan perkembangan lingkungna secara umum. Salah satu ciri perkembangan pendidikan adalah perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar dan sebagainya. Perkembangannya ini akan mempengaruhi kehidupan siswa baik dalam bidang akademik. Sosial maupun pribadi. Dengan demikian siswa diharapkan mampu melakukan penyesuaian diri untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajarnya.

Proses penyesuaian diri para siswa memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling bagi para siswa. Yang pada hakikatnya merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.

2. Peranan guru

Tugas dan tanggung jawab pendidik yang paling utama ialah mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik guru perlu memahami segala aspek pribadi anak didik. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangna anak didik, hal yang terkait dengan motovasi, kecakapan, kesehatan mental dan sebagainya.

Tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dari segi pendidikan. Pertama, dilihat dari hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari sekedar pengajaran, yaitu pendekatan senantiasa berkembang secara dinamis, dengan demikian siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan. Ketiga, guru tudak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik. Guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya melalui layanan bimbingan.

Salah satu tugas guru yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu guru perlu mengenai dan memahami dirinya sendiri. Guru harus punya informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaannya, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya dan tingkat kecakapan mental yang harus dimilikinya.

Dilihat dari segi dirinya, seorang guru harus berperan sebagai:

a. Petugas sosial

Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, guru senantiasa merupakan petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.

b. Pelajar dan ilmuan

Guru harus senantiasa belajar untuk mengikuti pengetahuan dan menjadi spesialis sesuai dengan bidang yang dikuasainya.

c. Orang tua

Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga. Dalam arti luas sekolah merupakan keluarga dan guru sebagai orang tua bagi siswa-siswanya

d. Pemberi keteladanan

Guru senantiasa menjadi teladan bagi siswa dan menjadi ukuran bagi norma tingkah laku.

e. Pemberi keamanan

Guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswanya, menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.

Ditinjau dari aspek psikologi, guru dapat dipandang sebagai:

a. Ahli psikologi pendidikan

Guru sebagai petugas psikologi pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.

b. Seniman

Guru diharap mampu membuat hubungan antara manusia untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan.

c. Pembentuk kelompok

Guru berperan sebagai pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

d. Catalytic agent

Guru sebagai orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan

e. Petugas kesehatan mental

Guru bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya bagi siswanya.

J. Guru Sebagai Direktur Belajar

Proses belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang tak terpisahkan dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam hal ini akan terjadi proses perubahan tingkah laku.

Dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar tidak hanya melalui pendekatan instruksional tetapi juga dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.

Sebagai direktur belajar guru sekaligus berperang sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharuskan mampu untuk:

1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu dan kelompok

2. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar

3. Memberi kesempatan yang memadai agar tiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

4. Membantu siswa dalam menghadapi masalah pribadinya

5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

K. Program Bimbingan di Sekolah

Program bibmbingan dan konseling perlu disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dijelaskan oleh Winkel bahwa program bimbingna merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.

Program bimbingan menyangkut dua faktor yaitu 1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan 2) faktor yang berkaitan dengan perlengkapan. Metode, bentuk layanan dan sebagainya. Program bimbingan akan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberi banyak keuntungan seperti:

- Menghemat waktu, usaha, biaya, menghindari kesalahan da usaha coba-coba

- Membuat siswa mendapat layanan secara seimbang dan menyeluruh

- Membuat setiap petugas mengetahui dan memahami peran masing-masing

- Memungkinkan para petugas menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuan diri dan kepentingan siswa yang dibimbing.

Miller mengemkukakan langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagai berikut:

- Tahap persiapan

Langkah ini dilakukan dengan mengadakan survai untuk menginventarisasi tujuan, kemampuan dan kebutuhan sekolah serta kesiapan dalam melakukan program bimbingan.

- Pertemuan awal dengan para konselor

Tujuan pertemuan ini ialah untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan serta merumuskan arah program yang akan disusun.

- Pembentukan panitia

Panitia bertugas merumuskan tujuan program, mempersiapkan bagan organisasi dan membuat kerangka dasar program bimbingan.

- Pembentukan panitia penyelenggara program

Panitia bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

L. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan

Secara ideal program bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara berkesinambungan mulia dari TK sehingga jenjang pendidikan tinggi. Hal ini terkait dengan kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan berbeda. Dalam menentukan dan menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, perlu memperhatikan rambu-rambu berikut:

- Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu.

- Menyusun tugas perkembangan dan kebutuhan siswa pada tahap usia tertentu

- Menyusun pola dasar sebagai pedoman dalam memberikan layanan

- Menentukan komponen bimbingan yang diprioritaskan

- Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan

- Menentukan tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan misalnya konselor, guru dan tenaga ahli lainnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.

Tujuan bimbingan di sekolah ialah membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Megatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial. Mengatasi kebiasaan yang tidak baik dalam belajar dan hubungan sosial, mengatasi kesulitan dengan kesehatan jasmani, masalah kelanjutan studi, kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan pekernaan.


Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday, November 11, 2008

ASPEK MONOTEISME DARI TIGA AGAMA BESAR

. Tuesday, November 11, 2008
0 comments

ASPEK MONOTEISME DARI TIGA AGAMA BESAR

Kesatuan adikodrati dari berbagai bentuk agama dapat digambarkan dengan amat jelas oleh hubungan timbal balik antara tiga agama besar, yang disebut agama “monoteisme”. Alasannya, hanya tiga agama itulah yang menampakkan dirinya dalam bentuk eksoterisme yang tidak dapat dirukunkan satu sama lain. Akan tetapi pertama-tama perlu diperjelas perbedaan antara yang dapat disebut kebenaran simbolis dan kebenaran obyektik.

Pandangan agama Kristen dan agama Budha mengenai bentuk agama yang dianggap menjadi sumbernya masing-masing, Yakni agama Yahudi bagi agama Kristen, dan agama Hindu bagi agama Budha. Pandangan ini hanya “benar secara simbolis”, dalam arti bahwa bentuk yang ditolak agama baru tidak didasarkan pada penilaian atas bentuk itu sendiri, melainkan hanya pada beberapa aspek khusus dan bersifat negative yang timbul karena kemerosotan sebagian bentuk agama tersebut. Karena itu penolakan terhadap kitab sebagai symbol khusus dari pengetahuan sejati yang tersebar luas pada kurun kehidupan Buddha. Dan ditolaknya Hukum Yahudi oleh St. Paulus dapat dibenarkan sejauh hukum Yahudi oleh St. Paulus dapat dibenarkan sejauh hukum tersebut membenarkan formalism (kemunafikan) kaum parisi yang kehidupan rohaninya semakin luntur. Jika suatu wahyu baru dapat meremehkan nilai-nilai religious wahyu yang mendahuluinya, ini karena Wahyu baru tadi tidak ada sangkut pautnya dengan dan sekaligus tidak memerlukan lagi nilai-nilai keagaman lama.

Karena perbedaan etnis atau karena berbagai sebab lain, semangat setiap agama dapat saja menghendaki adanya pengecualian yang berbeda-beda untuk setiap suku bangsa, walaupun semangatnya selalu bersifat ortodoks. Tentu saja pertimbangan ini tidak dapat diterapkan dalam hubungan dengan bida’ah yang memecah belah agama dari dalam dan dari luar, walaupun tidak bisa benar-benar berhasil, karena kekeliruan tidak mungkin merupakan bagian dari kebenaran. Lebih-lebih algi, pada tingkat formal, pandangan kaum bid’ah bukan saja tidak sebanding dengan segi lain dari kebenaran yang sama, melainkan juga keliru sama sekali.

Monoteisme, yang mencakup agama Yahudi, Kristen, dan Islam, pada hakikatnya didasarkan pada konsepsi dogmatis tentang keesaan Ilahi (atau “Non-Daulitas”). Jika kita mengatakan bahwa konsepsi ini bersifat dogmatis, pernyatan itu bermaksud menunjukkan konspesi tadi disertai sikap yang menolak pandangan lain. Tanpa sikap tersebut, yang merupakan pembenaran eksoteris.

Agama monoteistis yang pada mulanya merupakan cabang kelompok agama orang Semit, yang berasal dari Abraham, berkembang lebih lanjut menjadi dua cabangm, yakni keturunan Iskak dan keturunan Ismail. Baru pada zaman Musa monoteisme ini mengambil bentuk Yahudi. Pada saat agama Abraham mulai luntur di kalangan keturunan Nabi Ismail, Musalah yang terpanggil mengembangkan monoteisme tersebut. Musa menghubungkan monoteisme dengan bangsa Israel, yang karena itu mejadi pelindungnya.

Akibat tersalur dan terkristalnya monoteisme dalam agama Yahudi, monoteisme memperoleh ciri historis, walaupun istilah “historis” disini tidak boleh dipahami hanya secara lahiriah biasa, yang tidak akan sesuai dengan hakikat bangsa Israel yang suci itu. Justru dengan diterapkannya agama yang asli tadi oleh bangsa Yahudi dimungkinkan timbulnya perbedaan lahiriah antara monoteisme Musa dan monoteisme Bapak-bapak bangsa, walaupun perbedaan itu tentu saja tidak menyangkut bidang ajaran utama. Karena hakikatnya sendiri, ciri historis agama Yahudi mempunyai konsekuensi yang sebelumnya tidak ditemukan dalam monoteisme asli, paling kurang bukan dalam bentuk yang sama. Itulah paham Messianis, dan karena itu ia dikaitkan dengan Tradisi Musa.

Pribadi Messias yang merupakan “avataris” menyerap seluruh ajaran monoteistis. Ini berarti kristus bukan hanya akhir dari agama Yahudi yang historis, paling tidak dalam segi dan ukuran tertentu, melainkan juga berarti pribadi Messias adalah dukungan terhadap monoteisme dan sebagai kenisah kehadiran Ilahi. Tetapi kenyataan historis yang amat jelas tentang adanya Kristus itu pada gilirannya mengandung konsekuensi terbatasnya bentuk agama tersebut. Hal ini, dapat dilihat dalam bentuk agama Yahudi, di mana Israel memainkan peranan yang kemudian berpindah ke Messias, yakni peranan yang memang seharisnya bersifat terbatas ditinjau dari sudut perwujudan monoteisme secara utuh. Disinilah agama Islam masuk, dan menjadi tugas kita menelaah kedudukan dan peranannya yang penting dalam perkembangan monoteisme.

Pada agama Yahudi dan agama Kristen, monoteisme menampakkan dua wajah yang saling bertentangan. Keduanya dirangkum oleh Islam dengan menyelaraskan pertentangan tersebut dala msatu sintesis. Inilah yang menandai berakhirnya perkembangan dan perwujudan integral monoteisme, walaupun islam sendiri bertentangan dengan agama yahudi dan Kristen. Hal ini diperkuat oleh fakta sederhana Islam merupakan aspek ketiga monoteisme.

Sudah seharusnya setiap agama merupakan suatu adaptasi, dan adaptasi mengandung pengertian adanya pembatasan. Jika berbagai agama metafisik murni merupakan suata adaptasi, demikian pula halnya beragama agama aksetoris, yang merupakan serangkaian adapatasi demi kepentingan mentalitas yang lebih terbatas. Pembatasan perlu ada pada bentuk-bentuk agama asli.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Friday, November 7, 2008

MASSIGNON, LOIS (1883-1962)

. Friday, November 7, 2008
0 comments

MASSIGNAN, LOIS (1883-1962)

Louis Massignan lahr pada 25 Juli 1883 di Negent – Surmarne, di kawasan Paris. Ayahnya, Fernando Massignan, adalah seorang seniman. Pada awalnya dia mempelajari kedokteran tetapi kemudian menggeluti dunia seni. Dia terkenal sebagai seniman gypsographie.

Louis Massingnon menyelesaikan sekolah menengahnya di sekolah Louis le Grand yang sangat terkenal di paris. Ia mencapai gelar sarjana muda pada 3 Oktober 1900 bagian sastra dan filsafat, juga gelar sarjana muda bidang Matematika diperolehnya pada 23 Oktober 1901. Setelah itu, dia mulai mengadakan lawatan ke kawasan negeri-negeri Islam, diantaranya pada tahun 1901 ke Al-Jazair, kemudian kembali lagi ke Paris untuk meneruskan studinya di Universitas hingga memperoleh Ijasah (license) bidang sastra pada awal Oktober 1902, dengan judul risalah Honore d’urfe. Professor sastra Prancis yang membimbing Louis Massignan adalah Ferdinand Brunot, penulis sejarah bahasa Prancis yang terkenal. Kemudian dia mengikuti wajib militer hingga oktober 1903. Setelah itu pada April 1904 louis massignan berkunjung ke Maroko, dan menulis kajian dalam bentuk buku untuk memperoleh gelar diploma pada kajian Tinggin di Sorbonne universitas Paris: bagian ilmu-ilmu agama. Dia belajar kepad orientalis Prancis, Hartwig Deren Bourg. Penyusun sebagian dari Indeks di perpustakaan Escorial. Louis Massignan juga mengikuti kuliah le chatelier di College de France dalam kajian Islam, khususnya bidang sosiologi.

Lois Massignan mendalami bahasa. Bahasa Timur disekolah Tinggi negeri Paris dan pada 10 Februari 1906 ia memperoleh diploma dalam bidang bahasa Arab “fasih” dan “Ammiyah”, Dari sana Louis Massignan kemudian mengikuti kongres orientalis dunia ke-14, yang diadakan pada April 1905 di kota Al-Jazair. Pada kesempatan inilah ia berkenalan dengan Goldziher dan Miguel Asin Palacious.

Persentuhan Louis Massignan pertama kali dengan Mesir ialah ketika ia menjadi utusan sebagai mahasiswa di Institut Arkeologi Prancis di Kairo Mesir, pada 23 Oktober 1906. Tiba di Kairo pada awal Oktober 1906, dan mulai dengan mengkaji peninggalan-peninggalan Islam, selama mengadakan kajian Louis Massignan sering berpakaian ala negerinya. Hasil kajiannya tersebut di terbiktkan denga judul “Peta Geografis Magrib pada lima belas tahun pertama abad keenam belas menurut leon Afrika” (Al-Jajair, 1906). Sebanyak 305 halaman dan ditambah dengan 30 Halaman gambar peta, daftar nama-nama kabilah, Arab, Barbar dan mata uang. Dalam penelitiannya, dia mempelajari naskah-naskah Italia dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Prancis. Kajian ini merupakan hasil penelitian mendalam tentang Maroko yang diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar diploma dari kajian tinggin dibidang sejarah dan geografi dan sejarah di fakultas sastra. Universitas Paris, di bawah bimbingan Augustin Bernand, Profesor geografi dan sejarah di fakultas sastra. Hasil penelitiannya itu kemudian diteruskan dengan penelitian keduanya, dengan judul “Jalan Fez” . penelitian lanjutan ketiganya berjudul “Maroko setelah penaklukan Arab” disertai dengan peta-peta sejumlah tempat bersejarah di Maroko.

Pada bulan Maret, Louis Massignan mempelajari syair-syair yang mengungkapkan pergulatan al-Hallaj dan kekaguman kepadanya, karya Faridh ad-Din al-Aththar penyair besar Persia. Perkenalan Louis Massingnan dengan syair-syair telah memberikan kesan yang mendalam pada dirinya, dan kemudian mendorong Louis Massignan untuk mendalamnya, dan sejak itulah ia mulai mengkaji dan mempelajari al-Hallaj. Ketika kembali ke paris pada musim panas tahun 1907-1908. Menurutnya, sudah saatnya mempelajari sisi historis dan data-data yang ada tentang al-Hallaj. Untuk lebih mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih akurat. Louis kemudian pergi ke Baghdad pada musim dingin tahun 1907, dan menetap sebagai tamu keluarga Al-Alusi di Baghdad. Ia mengungjungi tempat-tempat di Kawasan selatan Baghdad, juga mengunjungi sebuah kampong tempat dua sahabat tersebut karena ter golong anggota ahl-bait. Dalam penelitiannya ini menghasilkan sebuah karya besar “Ekspedisi Arkeolog di Iraq” di terbitkan di Kairo 1910 dan tahun 1912. Selain itu ua juga menghasilkan kajian tentang Baghdad dan Iraq tahun 1910, di antaranya “Hajarat al-Mauta fi Baghdad” , “al-Muhammirah al-Ma’rafah al-Akhirah Baina ar-Rifa’iyah wal al-Qadariyah”, “al-Hajj asy-Sya’bi Baghdad” dan kajian manuskrip-manuskrip di berbagai perpustakaan di Baghdad. Sedangkan karyanya yang ertama tentang al-Hallaj Azdab al-Hallaj dan juga Tarikh Hallajiyah, dimuat dalam buku Memorial Ulang Tahun Hartwig Derebourg (1909) dan Al-Hallaj: Syaikh Terselib dan Setan menurut Yazidiyah “dan “kitab-kitab suci menurut Yazidiyah”.

Kajiannya yang serius tentang al-Hallaj tertuang dalam buku ath-Thawasin sebuah naskah Persia yang disalin dari Manuskrip-manuskrip di Istanbul dan London yang disertai dengan kajian mendalam, dan kelanjutannya dengan empat naskahg lain yang terkait dengan pembahasan sebelumnya pada tahun 1914.

Louis juga aktif menghadiri kongres orientalis ke-15 Dikopen Hagen. Disinilah dia bertemu dengan Goldziher dan memaparkan hasil penelitian kepadanya dan juga Louis melakukan surat menyuratr dengan paul kludel, penyair besar Prancis di China.

Pada tahun 1909 Louis pergi ke Istanbul untuk meneliti manuskrip-manuskrip yangsangat banyak. Kemudian kembali lagi ke Kairo, mengikuti kegiatan di al-Azhar, tetapi ia kali ini berpakaian ala Arab al-Azhar, seperti yang dilakukan oleh Goldziher ketika berada di sana (1873-1874). Pada tahun berikutnya Louis menghabiskan musim dingin di Kairo, dan musim panas di Prancis, sampai dia tidak lagi menjadi anggota Institut Prancis pada 31 Oktober 1911.

Louis mengajar di Universitas Mesir lama yang didirikan pada tahun 1910 menggantikan Goldziher dan Snouck Hurgronje, di sana Louis mengajarkan mata kuliah dalam bahasa Arab kepada mahasiswa-mahasiswa sebanyak 40 kali pertemuan. Mata kuliah yang disampaikan sekitar sejarah aliran. Aliran filsafat dalam islam dan istilah-istilah filsafat dengan judul sejarah Istilah-istilah filsafat.

Kemudian ia masih meneruskan kajiannya tentang sejarah tasawuf islam sebelum al-Hallaj sampai pada persoalan sufi terdahulu dan kajiannya tersebut di jadikan sebagai disertai doktornya.

Pada 27 Januari 1914 ia menikah dan dikaruniakan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Ketika perang dunia pertama (1914-1918) ia dikenakan wajib militer ia pertama kali ditempatkan di kementrian luar negeri, dan pada tahun yang sama ia terlibat perang pertempuran Dardanella sebagai pasukan di Timur. Sejak 27 Maret 1919 ia tergabung di bagian kementrian luar ngeri Prancis yang ditempatkan di Palestina, Suria dan Qiliqilah, bersama tentara yang dipimpin oleh Allen by ia memasuki al-Quds pada tahun 1917.

Setelah perang berakhir, ia ditugasi menjadi dosen pengganti sosiologi Islam di College defrance pada (5 Juli 1919 – 30 September 1924).

Selama dalam peperangan Louis kehilangan catatan-catatan disertasi doktornya dan harus mengulang kembali catatan-catatan hingga selesai. Risalah utamanya berjudul “Adzab al-Hallaj: sang syahid sufi Islam: kedua risalahnya diujikan serentak pada 24 Mei 1922. Risalah pertama tentang sejarah kajian tasawuf dan sejarah Islam secara umum. Ini meliputi persoalan tasawuf teologi, filsafat dan keagamaan. Dengan karya besar ini ia merupakan sumber yang sangat penting dalam kajian mistis dan rasionalitas Islam dan cukup menjadi bukti abadi akan kedalamannya mengkaji Islam.

Risalah keduanya tentang pembentukan peristilahan seni dalam tasawuf Islam ia memaparkan sejarah pembentukan tasawuf sejak Nabi saw – al-Hallaz. Ia berpendapat bahwa tasawuf sudah terbentuk sejak masa nabi berdasarkan atas pokok-pokok ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Kajiannya ini berguna menangkis pandangan bahwa tasawuf islam berasal dari dunia lain. Dan masih banyak lagi kajiannya tentang islam dan sampai pada waktunya ia meninggal pada 31 Oktober 1962.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

© Copyright 2007-2008. Namablog.com . All rightsreserved | namablog.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com