Thursday, August 14, 2008

Pahala dan Dosa

. Thursday, August 14, 2008
7 comments

BAB I
PENDAHULUAN

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ra, dari Rasulullah saw, mengenal perkara yang beliau saw. Riwayatkan dari Allah swt beliau telah bersabda:

Yang artinya: “Sesunggunya Allah swt. Telah menuliskan beberapa kebaikan dan beberapa kejelekan. Kemudian Dia menjelaskan hal itu, barang siapa berniat berbuat atau satu kebaika, namun dia tidak melakukannya, niscaya Allah menuliskannya satu kebaikan yang sempurna baginya. Jika dia melakukannya, niscaya Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus lipat sampai lipatan-lipatan yang banyak.

Jika dia berniat berbuat satu kejelekan, namun dia tidak melakukannya, niscaya Allah menuliskannya satu kebaikan yang sempurna baginya. Dan jika dia berniat berbuat hal itu, lalu dia melakukannya, niscaya Allah menuliskannya satu kejelekannya. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kedua kitah sahihnya).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Materi Hadits

إن عظم الجزاء مع عظام البلاء، وان الله تعالي اذا احب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضاومن سخط فله السخط (رواه الترمذي)

Artinya:

Bahwasanya agungnya pahala itu disesuaikan dengan hebatnya cobaannya/malapetaka yang ditimbakan kepada seseorang, dan sungguh Allah sangat menyintai suatu masyarakat yang tengah diberi percobaan/malapetaka, maka barang siapa menerimanya dengan senang hati, berarti mendapat ridha Allah, dan barang siapa marah, berarti menerima kemarahan Allah.

ان الله تعالي كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتب الله عنده حسنة كاملة و إنهما بها فعملها كتبها الله عنده عشر حسناث الي سبعمائة ضعف الي اضعاف كثيرة وان هم بسيئة فلم يعملهاكتبها الله عنده حسنة كاملة وا م بها فعملها كتها الله سيئة واحدا

Artinya:

Sesunggunya Allah swt. Telah menuliskan beberapa kebaikan dan beberapa kejelekan. Kemudian Dia menjelaskan hal itu, barang siapa berniat berbuat atau satu kebaika, namun dia tidak melakukannya, niscaya Allah menuliskannya satu kebaikan yang sempurna baginya. Jika dia melakukannya, niscaya Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus lipat sampai lipatan-lipatan yang banyak.

B. Penjelasan hadits

Allah telah menentukan ukuran melipat gandakan kebaikan di Lauhil Mahfudz dalam ilmu Allah swt. Dia telah memperlihatkan penulisannya kepada para malaikat yang akan (mencatatnya, sehingga mereka tidak memerlukan penjelasan lagi pada waktu penulisannya.

Allah kemudian memerinci apa yang disabdakan Nabi saw, bahwa Allah telah menuliskan beberapa kebaikan dan kejelekan sebagai rahmat bagi umat-Nya. Allah melipatgandakan pahala amal baik mereka karena umur mereka pendek, sebagaimana sabda Nabi saw, bahwa seseorang yang hendak berbuat satu kebaikan dan berketetapan hati untuk melakukannya, namun dia tidak melakukannya, niscaya Allah memuliakan satu kebaikan atau dia menyuruh kepada para malaikat Hafadzah agar menuliskan satu kebaikan yang sempurna ialah kebaikan yang tidak ada kekurangan padanya.

Allah menuliskan bagi orang yang berniat berbuat baik sepuluh kali kebaikan sampai tujuh ratus lipat banyaknya. Hal itu merupakan balasan bagi kesungguhannya dan penghormatan baginya. Dalil yang mengatakan bahwa satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan adalah firman Allah swt:

Artinya:

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan[1]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan”. (QS. Al-An’am: 100).

Sepuluh kali lipat adalah lipatan derajat yang paling rendah dan amal baik ada juga yang dibalas sampai tujuh ratus kali lipat. Hal ini tergantung kepada niat ikhlas, banyak manfaatnya, dan yang sejenis. Dalilnya adalah firman Allah swt.

artinya

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[2] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).

Ada juga satu kebaikan dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya, lebih dari tujuh rasut lipat, dalilnya firman Allah swt:

Artinya:

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Baqarah: 245).

Dalam riwayat Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah dikatakan:

الي سبعمائة ضعف الي شاء الله

Artinya:

Amal baik lipatgandkan, sampai tujuh ratus lipat bahkan sampai lipatan yang Allah kehendaki

Dalam hadits Abu Dzarr dikatakan:

من عمل حسنة فله عشر امثلها وازيد علي ذلك

Artinya:

Allah swt: berfirman “Barang siapa yang melakukan satu kebaikan, maka (pahala) baginya sepuluh kali lipat dan aku akan menambah ke pada hal itu”.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Balasan amal baik dilipat gandakan, sedangkan amal jelek tidak, hal ini merupakan anugrah. Dalam kalimat yang menerangkan kejelekan, tidak disebutkan kata “indahu (baginya), berbeda dengan kalimat sebelumnya yang menerangkan kebaikan, hal ini dimaksudkan agar tdiak ada kesungguhan dalam melakukan kejelekan. Dari perkara itulah balasan amal jelek diperkecil. Hal ini dikuatkan dengan kata waahidatan (satu) yang diperoleh dari makna hashr (pembatasan) yang ada dalam firman Allah swt.

Artinya:

Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. An-AN’am: 160)

Dalam hadits mi’raj yang shahih dikatakan, yang artinya: “Sesungguhnya nabi saw di suatu tempat mendengar bunyi goresan qalam, Allah yang mahasuci lagi maha tinggi berfirman, ‘Barang siapa yang berniat hendak (berbuat) atau kebaikan, namun dia tidak melakukannnya, niscaya dituliskan baginya satu kebaikan, dan jika dia melukukannya, niscaya dituliskan baginya sepuluh kebaikan. Dan tidak melakukannya, niscaya tidak dituliskan sesuatu (kejelekan) dan jika dia melakukannya, niscaya dituliskannya satu kejelekan”.

Para malaikat menuliskan perkara-perkara yang dilakukan manusia dennga cara diperlihatkan kepada mereka apa-apa yang berada dalam hati manusia oleh Allah. Ada (pula) yang mengatakan bahwa malaikat menemukan bau busuk orang yang berniat melakukan atau kejelekan.

Perlu diketahui bahwa Allah swt. Mengampuni ucapan hati dan mengampuni kehendak hati untuk melakukan kejelekan selama hal itu tidak dilakukan anggota badan atau tidak diucapkan oleh lisan. Hal ini berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim.

ان الله تجاوز لأمتي ما حدثت به انفسها مالم تعمل او تتكلم به

Artinya:

Sesungguhnya Allah memanfaatkan bagi umatku apa-apa yang diceritakan hati selama tidak dilakukan atau semlama tidak diucapkannya.

Haajis (Perasaan was-was) ialah apa-apa yang dilemparkan ke dalam hati dan khawatir (pikiran) ialah apa-apa yang timbul di dalam hati. Ke duanya diampuni dan hal itu tidak akan ditutunt (ditindak), tidak pula diberi pahala.

Adapun ‘azm (bermaksud) adalah kekuatan maksud dan putusannya. Hal itu akan dituntut (ditindak), sekalipun tidak diucapkan berdasarkan firman Allah swt.

Artinya:

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun[3]”(QS. Al-Baqarah: 125)


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qasthalani, al-Alamah: Mutiara Hadits 5, PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang.

Al-Bukhari, Fathul baari (Syarah al-Bukhari).



[1]mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak seperti orang Yahudi mengatakan Uzair putera Allah dan orang musyrikin mengatakan malaikat putra-putra Allah. mereka mengatakan demikian Karena kebodohannya.

[2]pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

[3]Halim berarti penyantun, tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Orientalis VS Imam Bukhari

.
0 comments

Orang-orang orientalis menuduh bahwa penelitian hadits yang dilakukan oleh Imam Bukhari tidak dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah. oleh karena itu hadits-hadits yang terhimpun dalam kitab Shahih al-Bukhari tidak dapat dijadikan rujukan.


Imam Ibnu Shalah mengatakan bahwa kitab yang paling auntentik (sahih) sesudah al-Qur'an adalah "Shahih al-Bukhari" dan "Shahih Muslim". pendapat ini kemudian di ikuti dan dipeloporkan oleh Imam Nawani seraya diberi tambahan bahwa para ulama telah ijma' (sepakat) dalam masalah itu, sementara umat Islam juga sudah menerimanya. yang dimaksud dengan ulama atau umat Islam oleh Nawawi tentulah mereka yang hidup antara abad III sampai VII H, yaitu antara wafatnya Imam Bukhari dan Imam Nawawi. Sedang ulama dan umat Islam sesudah abad VII tidak termasuk dalam hal ini.

Namun demikian kenyataannya sampai abad XV ini pendapat di atas masih juga tetap relevan dan diakui oleh para ulama. Padahal koleksi hadis-hadis Bukhari tidak luput dari berbagai kritikan baik dahulu maupun sekarang. dan sayangnya pengakuan itu akhirnya membawa dampak yang kurang melegakan dalam penelitian hadis, dimana para ulama umumnya lebih cenderung untuk mengikuti pendapat Imam Nawawi tadi, sehingga mereka merasa tidak perlu lagi bersusah payah untuk meneliti hadis selagi hal itu terdapat dalam Shahih al-Bukhari atau Shahih Muslim. kecendurang ini pada gilirannya juga menjalar kepada kitab-kitab koleksi hadis yang lain, dimana diakui adanya penurunan gairah dalam meneliti hadits-hadits secara umum.

Pada tahun 1890 Ignaz Goldziher (1850-1921) Orientalis Yahudi kelahiran Hungaria - menerbitkan hasil penelitiannya tentang hadis Nabawi dengan judul Mohammedanische Studien, dimana ia membantah otentitas apa yang disebut hadis oleh orang-orang Islam. menurut hadis nabawi tidak lebih dari produk perkembangan keadaan sosial politik Islam pada waktu itu. ia juga menuduh bahw yang disebut sanad adalah bikinan orang-orang Islam. Menurutnya hadits nabawi tidak lebih dari produk perkembangan keadaan sosial politik Islam pada waktu itu. ia juga menuduh bahwa yang disebut sanad adalah bikinan orang-orang belakangan. kemudian pada tahun 1950 Joseph Schacht yang mengikuti jejak Goldziher menerbitkan hasil penelitiannya dalam judul The Origins of Muhammadan Jurisprudence. Apabila Goldziher hanya sampai pada peringkat meragukan otentisitas hadis, maka Schacht berhasil "meyakinkan" tidak adanya otentisitas itu, khususnya hadis-hadis fiqih.

Dampak positif dari gebrakan dua orang orientalis di atas adalah munculnya buku Studies in Early Hadith Literature tahun 1968 karangan Prof. Dr. Muhammad Mustafa Azami. beliau melakukan penelitian hadis secara umum. Dimana ia membuktikan hadis-hadis nabawi dengan sejumlah manuskrip yang otentik bahwa hadis nabi sudah ditulis pada waktu Nabi Muhammad saw. masih hidup, sedang tuduhan Goldziher dan Schacht tidak lebih dari sekedar isapan jempol belaka.

Akan halnya koleksi hadis dalam Shahih al-Bukhari secara khusus. agaknya karena pendapat Imama Nawawi tadi sudah terlanjur menjadi "dalil" akhirnya penelitian khusus untuk hal itu dianggap kurang penting. Apalagi kritikan terhadap sejumlah hadis dalam Shahih al-Bukhari juga sudah disanggah antara lain oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Hady al-Sari dan "Fath al-Bari". Namun akibat lebih jauh dari hal itu adalah kenyataan bahwa kebanyakan umat Islam tidak mengatahui siapa Imam Bukhari, bagaimana asal muasal kitabnya yang populer itu,bagaimana metode beliau dalam meneliti dan mengkritik hadis, dan lain sebagainya. padahal di pihak lain mereka juga tidak pernah membantah pendapat Imam Nawawi yang di muta tadi.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, August 13, 2008

Berinteraksi dengan Al Qur'an

. Wednesday, August 13, 2008
0 comments

Al-Qur'an kitab zaman kita mengajukan analisis tajam atas hakikat dan makna Al-Qur'an dalam kehidupan masa kini. Syaikh Muhammad Al-Ghazali (1917-1996) berkeyakinan bahwa Al-Qur'an merupakan satu-satunya sumber bagi setiap upaya mengembangkan sistem Islami. tokoh ikhwanul Mulsimin ini menceburi persoalan dari segala aspek: melalu dari kesalahan penafsiran, sikap mental umat, dosa-dosa politik dalam sejarah Islam, hingga cara "mendiversikan" ilmu-ilmu Al-Qur'an.

Dengan kedalaman ilmu Kejernihan bahasanya, ulama terkemuka ini memandu kaum Muslim bagaimana membaca dan menangani problem kehidupan kontemporer dalam sinaran Al-Qur'an.

Sumber:

Berinteraksi dengan Al Qur'an

Penulis: Dr. Yusuf al Qaradhawi

Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani dan M. Yusuf Wijaya

Penerbit: Gema Insani Press

Tahun Terbit: Jakarta, 1999


Klik disini untuk melanjutkan »»

Friday, August 8, 2008

sciences

. Friday, August 8, 2008
2 comments

guru ndeso yang lagi ngangsu kaweruh ...: 6 Cara Untuk Menampilkan Website Anda di Halaman Pertama Google

Klik disini untuk melanjutkan »»

KEAGUNGAN BULAN RAJAB DAN SYA'BAN

.
0 comments

KEAGUNGAN BULAN RAJAB DAN SYA'BAN

Klik disini untuk melanjutkan »»

PEMIKIRAN SALAFI

.
0 comments

Yang dimaksud dengan "Pemikiran Salafi" di sini ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. Yakni para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur'an dan tuntunan Nabi SAW.

Kriteria Manhaj Salafi yang Benar

Yaitu suatu manhaj yang secara global berpijak pada prinsip berikut :

  • Berpegang pada nash-nash yang ma'shum (suci), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh.
  • Mengembalikan masalah-masalah "mutasyabihat" (yang kurang jelas) kepada masalah "muhkamat" (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath'i. Memahami kasus-kasus furu' (kecil) dan juz'i (tidak prinsipil), dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental.
  • Menyerukan "Ijtihad" dan pembaruan. Memerangi "Taqlid" dan kebekuan.
  • Mengajak untuk ber-iltizam (memegang teguh) akhlak Islamiah, bukan meniru trend.
  • Dalam masalah fiqh, berorientasi pada "kemudahan" bukan "mempersulit".
  • Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti.
  • Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan.
  • Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan formalitasnya.
  • Menekankan sikap "ittiba'" (mengikuti) dalam masalah agama. Dan menanamkan semangat "ikhtira'"(kreasi dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.

Inilah inti "manhaj salafi" yang merupakan khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek. Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur'an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran (ihsan). Mendirikan "negara ilmu dan Iman". Membangun peradaban robbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.

Citra "Salafiah" Dirusak oleh Pihak yang Pro dan Kontra

Istilah "Salafiah" telah dirusak citranya oleh kalangan yang pro dan kontra terhadap "salafiah". Orang-orang yang pro-salafiah - baik yang sementara ini dianggap orang dan menamakan dirinya demikian, atau yang sebagian besar mereka benar-benar salafiyah - telah membatasinya dalam skop formalitas dan controversial saja, seperti masalah-masalah tertentu dalam Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh atau Ilmu Tasawuf. Mereka sangat keras dan garang terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah-masalah kecil dan tidak prinsipil ini. Sehingga memberi kesan bagi sementara orang bahwa manhaj Salaf adalah metoda "debat" dan "polemik", bukan manhaj konstruktif dan praktis. Dan juga mengesankan bahwa yang dimaksud dengan "Salafiah" ialah mempersoalkan yang kecil-kecil dengan mengorbankan hal-hal yang prinsipil. Mempermasalahkan khilafiah dengan mengabaikan masalah-masalah yang disepakati. Mementingkan formalitas dan kulit dengan melupakan inti dan jiwa.

Sedangkan pihak yang kontra-salafiah menuduh faham ini "terbelakang", senantiasa menoleh ke belakang, tidak pernah menatap ke depan. Faham Salafiah, menurut mereka, tidak menaruh perhatian terhadap masa kini dan masa depan. Sangat fanatis terhadap pendapat sendiri, tidak mau mendengar suara orang lain. Salafiah identik dengan anti pembaruan, mematikan kreatifitas dan daya cipta. Serta tidak mengenal moderat dan pertengahan.

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini merusak citra salafiah yang hakiki dan penyeru-penyerunya yang asli. Barangkali tokoh yang paling menonjol dalam mendakwahkan "salafiah" dan membelanya mati-matian pada masa lampau ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta muridnya Imam Ibnul-Qoyyim. Mereka inilah orang yang paling pantas mewakili gerakan"pembaruan Islam" pada masa mereka. Karena pembaruan yang mereka lakukan benar-benar mencakup seluruh disiplin ilmu Islam.

Mereka telah menumpas faham "taqlid", "fanatisme madzhab" fiqh dan ilmu kalam yang sempat mendominasi dan mengekang pemikiran Islam selama beberapa abad. Namun, di samping kegarangan mereka dalam membasmi "ashobiyah madzhabiyah" ini, mereka tetap menghargai para Imam Madzhab dan memberikan hak-hak mereka untuk dihormati. Hal itu jelas terlihat dalam risalah "Raf'l - malaam 'anil - A'immatil A'lam" karya Ibnu Taimiyah.

Demikian gencar serangan mereka terhadap "tasawuf" karena penyimpangan-penyimpangan pemikiran dan aqidah yang menyebar di dalamnya. Khususnya di tangan pendiri madzhab "Al-Hulul Wal-Ittihad" (penyatuan). Dan penyelewengan perilaku yang dilakukan para orang jahil dan yang menyalahgunakan "tasawuf" untuk kepentingan pribadinya. Namun, mereka menyadari tasawuf yang benar (shahih). Mereka memuji para pemuka tasawuf yang ikhlas dan robbani. Bahkan dalam bidang ini, mereka meninggalkan warisan yang sangat berharga, yang tertuang dalam dua jilid dari "Majmu' Fatawa" karya besar Imam Ibnu Taimiyah. Demikian pula dalam beberapa karangan Ibnu-Qoyyim. Yang termasyhur ialah "Madarijus Salikin syarah Manazil As-Sairin ila Maqomaat Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in", dalam tiga jilid.

Mengikut Manhaj Salaf Bukan Sekedar Ucapan Mereka

Yang perlu saya tekankan di sini, mengikut manhaj salaf, tidaklah berarti sekedar ucapan-ucapan mereka dalam masalah-masalah kecil tertentu. Adalah suatu hal y ang mungkin terjadi, anda mengambil pendapat-pendapat salaf dalam masalah yang juz'i (kecil), namun pada hakikatnya anda meninggalkan manhaj mereka yang universal, integral dan seimbang. Sebagaimana juga mungkin, anda memegang teguh manhaj mereka yang kulli (universal), jiwa dan tujuan-tujuannya, walaupun anda menyalahi sebagian pendapat dan ijtihad mereka.

Inilah sikap saya pribadi terhadap kedua Imam tersebut, yakni Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnul-Qoyyim. Saya sangat menghargai manhaj mereka secara global dan memahaminya. Namun, ini tidak berarti bahwa saya harus mengambil semua pendapat mereka. Jika saya melakukan hal itu berarti saya telah terperangkap dalam "taqlid" yang baru. Dan berarti telah melanggar manhaj yang mereka pegang dan perjuangkan sehingga mereka disiksa karenanya. Yaitu manhaj "nalar" dan "mengikuti dalil". Melihat setiap pendapat secara objektif, bukan memandang orangnya. Apa artinya anda protes orang lain mengikut (taqlid) Imam Abu Hanifah atau Imam Malik, jika anda sendiri taqlid kepada Ibnu Taimiyah atau Ibnul-Qoyyim

Juga termasuk menzalimi kedua Imam tersebut, hanya menyebutkan sisi ilmiah dan pemikiran dari hidup mereka dan mengabaikan segi-segi lain yang tidak kalah penting dengan sisi pertama. Sering terlupakan sisi Robbani dari kehidupan Ibnu Taimiyah yang pernah menuturkan kata-kata: "Aku melewati hari-hari dalam hidupku dimana suara hatiku berkata, kalaulah yang dinikmati ahli syurga itu seperti apa yang kurasakan, pastilah mereka dalam kehidupan yang bahagia".

Di dalam sel penjara dan penyiksaannya, beliau pernah mengatakan: "Apa yang hendak dilakukan musuh terhadapku? Kehidupan di dalam penjara bagiku merupakan khalwat (mengasingkan diri dari kebisingan dunia), pengasingan bagiku merupakan rekreasi, dan jika aku dibunuh adalah mati syahid".

Beliau adalah seorang laki-laki robbani yang amat berperasaan. Demikian pula muridnya Ibnul-Qoyyim. Ini dapat dirasakan oleh semua orang yang membaca kitab-kitabnya dengan hati yang terbuka.

Namun, orang seringkali melupakan, sisi "dakwah" dan "jihad" dalam kehidupan dua Imam tersebut. Imam Ibnu Taimiyah terlibat langsung dalam beberapa medan pertempuran dan sebagai penggerak. Kehidupan dua tokoh itu penuh diwarnai perjuangan dalam memperbarui Islam. Dijebloskan ke dalam penjara beberapa kali. Akhirnya Syaikhul Islam mengakhiri hidupnya di dalam penjara, pada tahun 728 H. Inilah makna "Salafiah" yang sesungguhnya.

Bila kita alihkan pandangan ke zaman sekarang, kita temukan tokoh yang paling menonjol mendakwahkan "salafiah", dan paling gigih mempertahankannya lewat artikel, kitab karangan dan majalah pembawa missi "salafiah", ialah Imam Muhammad Rasyid Ridha. Pem-red majalah "Al-Manar' yang selama kurun waktu tiga puluh tahun lebih membawa "bendera" salafiah ini, menulis Tafsir "Al-Manar" dan dimuat dalam majalah yang sama, yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Rasyid Ridha adalah seorang "pembaharu" (mujaddid) Islam pada masanya. Barangsiapa membaca "tafsir"nya, sperti : "Al-Wahyu Al-Muhammadi", "Yusrul-Islam", "Nida' Lil-Jins Al-Lathief", "Al-Khilafah", "Muhawarat Al-Mushlih wal-Muqollid" dan sejumlah kitab dan makalah-makalahnya, akan melihat bahwa pemikiran tokoh yang satu ini benar-benar merupakan "Manar" (menara) yang memberi petunjuk dalam perjalanan Islam di masa modern. Kehidupan amalinya merupakan bukti bagi pemikiran "salafiah"nya.

Beliaulah yang merumuskan sebuah kaidah "emas" yang terkenal dan belakangan dilanjutkan Imam Hasan Al-Banna. Yaitu kaidah : "Mari kita saling bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati. Dan mari kita saling memaafkan dalam masalah-masalah yang kita berbeda pendapat." Betapa indahnya kaidah ini jika dipahami dan diterapkan oleh mereka yang meng-klaim dirinya sebagai "pengikut Salaf".


(disalin dari buku "Aulawiyaat Al Harokah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qodimah" karya Dr.Yusuf Al Qordhowi, edisi terjemahan Penerbit Usamah Press)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, August 6, 2008

FILSAFAT ISLAM

. Wednesday, August 6, 2008
0 comments

Filsafat Islam memiliki karakteristik yang berbeda dengan filsafat didasarkan pada Alquran sebagai sumber dorongan dan sumber informasi. akan tetapi, kebanyakan orang sering salah pengertian terhadap Filsafat Islam. mereka mengira pembi9caraan filsafat islamb bertentangan dengan Alquran dan hadits. padahal, yang dibicarakan di dalamnya adalah masalah-masalah yang tidak ditemukan penegasannya dalam Alquran dan hadits (zhannya al-adalah). dengan kata lain, filsafat dari filosof muslim ini dapatdisebut hasil ijtihad, sama posisinya dengan hasil ijtihad ahli fikih dalam bidang hukum Islam dan termasuk kebudayaan.
  1. filsafat islam membahas masalah yang sudah pernah di bahas filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh. akan etapi, selain cara penyelesaian dalam filsafat Islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof Muslim juga mengembangkan dan menambahkan ke dalamnya hasil-hasil pemikiran mereka sendiri. sebagaimana bidang lainnya (teknik), filsafat sebagaimana induk ilmu pengetgahuan diperdalam dan disemurnakan oleh generasi yang datang sesudahnya.
  2. filsafat islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian (al-nazhariyyat al-nubuwwat).
  3. dalam filsafat islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat antara kaidah dan hikmah, antara wahyu dan akal. bentuk seperti ini banyak terlihat dalam pemikiran filosof Muslim, seperti al-Madinah al-Fadhilat (negeri utama) dalam filsafat Al-Farabi bahwa yang menjadi kepala negara adalah nabi atau filosof. begitu pula pendapat Al-Farabi pada Nadhariyyat al-Nubuwwat (filsafat kenabian). bahwa nabi dan filosof sama-sama menerima kebenaran dari sumber yang sama, yakni akal aktif (Akal X) yang juga disebut Malaikat Jibril Akan tetapi, berbeda hanya dari segi teknik, filosof Malaikat Jibril. akan tetapi, berbeda hanya dari segi teknik, filosof melalui akan perolahan (Mustafad) dengan latihan-latihan sedangkan nabi dengan akal had yang memiliki daya yang kuat (al-qudsiyyat) jauh kekuatannya melebihi akal perolehan filosof akad had nabi adalah anugrah dari Allah, hal itu diperoleh bukan berdasarkan latihatn-latihan berpikir. oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh para nabi (wahyu) tidak mungkin bertentangan dengan pengetahuan yang diperoleh pada filosof.
dalam keadaan seperti di atas timbul dan berkembangnya filsafat islam di bawah naungan keagamaan yang tidak kurang ketelitian dan kecermatannya dalam menyelesaikan masalah bila dibandingkan dengan filsafat lain. seperti yang akan dilihat, pafa filosof muslim telah membeicakran masalah haikat yang ada, dari mana asalnya, dan kemana akhirnya, serta cara-cara mendapatkan hakikat pengetahuan yang benar dan menetapkan ukuran benar dan salah, baik, dan buruk, serta teopri kebahagiaa, bahkan mereka telah perkembangkan dan tambahkan hasil-hasil penyelidiikan mereka sendiri dalam sains. Demikian juga dalam masalah ketuhanan, mereka mengemukakan pembahasan bukan saja sekedar adanya Allah, tetapi berkatain dengan sifat-sfait dan keesaan-Nya, serta qadha dan qadar yang tidak ada dalam filsafat Yunani. sebagaimana filosof Muslim juga memiliki ilmu all roud, seperti Al-Kindi ahli astronomi, ilmu pasti, musik, tabib, dan lainnya. Al Farabi ahli logika, politik, kimia, ilmu alam, astronomi dan lainnya.

jadi, yang disebut dengan filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semeseta yang disinari ajaran islam.

sumber:
Prod. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A. Filsafat Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2004.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday, August 5, 2008

CASE HISTORY – EPILEPSY

. Tuesday, August 5, 2008
0 comments

Yesterday, Mr. Salim was admitted to the ward. He was admitted for drug stabilization of his epilepsy, which currently becomes apparent almost daily in grand mall seizures. Mr. Salim is aged 17, his condition and nutritional state are normal. He lives with his parents, for the past month s, he has been training to become an office worker.

At aged 10, Mr. Salim from meningitis. Subsequently, epileptic seizures requiring drug stabilization were observed for the first timer. In due course, the number of seizures decreased. Salim suffered no seizures between ages 14 and 16. The seizures started to reappear only six month ago.

Salim states that he has changed his formely regular lifestyle, claiming that he spends a lot of time with his friends and “participates in everything” to avoid becoming an outsider. In addition, he says that he needs the change as a contrast to the “boring dekwork”. He states that he has only opted for this apprenticeship because he could not find a job as a landscape gardener. He would like to work in the open air and translate what he knows in theory in practice

His mother states that Salim spend almost every day with his friends, going to discotheques and celebrating, on these days, her son comes home late and his often drunk. The next day, he frequently suffer from epileptic seizures. She says that his GP has told Salim about the connection between his current lifestyle and the number of seizures but Salim is not willing to give up “the good things this life”, he wants to live like his friends.

Your Task:

Conduct an admission interview.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday, August 4, 2008

CARA PRAKTIS MENGHAFAL AL-QURA'AN

. Monday, August 4, 2008
0 comments

Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:

Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:

1- Bacalah ayat pertama 20 kali:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}

2- Bacalah ayat kedua 20 kali:

وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}

3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:

وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}

4- Bacalah ayat keempat 20 kali:

وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}

5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.

6- Bacalah ayat kelima 20 kali:

وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}

7- Bacalah ayat keenam 20 kali:

وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}

8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:

لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}

9- Bacalah ayat kedelapan 20 kali:

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}

10- Kemudian membaca ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.

11-Bacalah ayat ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.

Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.

BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?

Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.

BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?

Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.

Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.

Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?

Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran setiap dua minggu sekali.

Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.

APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?

Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.

Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).

Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:

- Hari pertama: membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",

- Hari kedua: dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",

- Hari ketiga: dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",

- Hari keempat: dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",

- Hari kelima: dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",

- Hari keenam: dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",

- Hari ketujuh: dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".

Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:

  • huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,
  • huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,
  • huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,
  • huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,
  • huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,
  • huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,
  • huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".

Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.


BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?

Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).

KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:

  1. Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.
  2. Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.
  3. Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.
  4. Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
  5. Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Friday, August 1, 2008

KEAGUNGAN BULAN RAJAB DAN SYA'BAN

. Friday, August 1, 2008
0 comments

"Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari.

Hadits ini "Maudhu`" (Palsu). Dalam sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin Al Hasan An Naqqaasy, dia perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy- rawi yang tidak dikenal (Majhul). Hadits ini juga diriwayatkan oleh pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al Khudriy dengan sanad yang sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab Allaalaiy.

"Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana wa Ta`ala akan menutupkan baginya tujuh pintu neraka, barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala akan membukakan baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan Rajab itu Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali."

Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan kemudian dari Anas secara Marfu` : Hadits ini tidak Shohih, sebab Abaan adalah perawi yang ditinggalkan, sedangkan `Amru bin Al Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan : Dikeluarkan juga oleh Abu As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapaun Ibnu `Ulwaan pemalsu hadits.

"Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari `Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab Allaalaiy : Hadits ini tidak Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan hadits-hadits yang munkar.

"Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh dan seterusnya".

Diriwayatkan oleh Al Khathiib dari jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi : Al Furaat bin As Saaib, dia ini perawi yang ditinggalkan.

Berkata Al Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya "Al Amaaliy" : sepakat diriwayatkan hadist ini dari jalan Al Furaat bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin bin Sa`ad, dan Al Hakim bin Marwaan, kedua perawi ini lemah juga.

Sesungguhnya Al Baihaqiy juga meriwayatkan hadits ini di kitabnya : "Syu`abul Iman" dari hadits Anas, yang artinya : "Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya dia berpuasa satu tahun." Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di sanad hadits ini juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy, dia ini perawi yang ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : "Dia ini termasuk orang orang yang memalsukan hadits".

"Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya."

Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang kitab : Hadits ini Maudhu` (palsu).

"Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu."

Dikatakan dalam "Adz dzail" : Dalam sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa dipercaya.

"Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu, dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun dan seterusnya.

Dikatakatan dalam "Adz dzail" : Di dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi yang ditinggalkan.

Dan demikian disebutkan tentang : "Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu."

Disebutkan juga dalam "Adz dzail : Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan sebahagian atas sebahagian lainnya, di dalam sanadnya ada perawi perawi yang pendusta : Dan demikian diriwayatkan : "Bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at sepekan sebelum bulan Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : "Hai sekalian manusia! Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang mulia. Rajab bulan adalah bulan Allah yang Mulian, dilipat gandakan kebaikan di dalamnya, do`a do`a dikabulkan, kesusahan kesusahan akan di hilangkan." Ini adalah Hadist yang Munkar.

Dan dalam hadits yang lain : "Barang siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan mendirikan satu malam dari malam malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan membangkitkannya dalam keadaan aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya."

Di dalam sanad hadits ini : Kadzaabun (para perawi pendusta).

Demikian juga hadits : "Barang siapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan berpuasa disiang harinya: Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari Sorga- dan seterusnya."

Di dalam sanadnya : Para perawi pembohong/pemalsu hadits.

Demikian juga hadits : "Rajab bulan Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan itu buat diri-Nya. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan penuh keimanan dan mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam Jannah Allah Ta`ala- dan seterusnya."

Di dalam sanadnya : Para perawi yang ditinggalkan.

Demikian juga hadits : "Rajab bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam, Ramadhan bulan ummat Saya." Demikian juga hadits : "Keutamaan bulan Rajab di atas bulan bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al Quran atas seluruh perkataan perkataan lainnya- dan seterusnya."

Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.

Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : "Sesungguhnya apa apa yang diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : "`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : "Tidak ada yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab." Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : "Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya." Ini tidak ada ashol sama sekali.

Dan demikian juga, "dimana penduduk Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak seperti bulan lainnya." Ini tidak ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia berkata : "Diantara yang diada adakan oleh orang yang `awwam ialah : "Berpuasa di awal kamis di bulan Rajab," yang keseluruhannya ini adalah : Bid`ah.

Dan diantara yang mereka ada adakan juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : "Mereka memperbanyak ketho`atan kepada Allah melebihi dari bulan bulan lainnya."

Adapun yang diriwayatkan tentang : "Bahwa Allah Ta`ala memerintahkan Nabi Nuh `Alaihi wa Sallam untuk membuat kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin yang bersama dia untuk berpuasa di bulan ini." Ini Hadits Maudhu` (Palsu).

Diantara bid`ah bid`ah yang menyebar di bulan ini adalah :

Sholat Ar Raghaaib

Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan disetiap awal jum`at di bulan Rajab.

Ketahuilah semoga Allah Tabaraka wa Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari ini, malam ini sesungguhnya diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad ke empat Hijriyah. (Lihat literatur berikut ini tentang bid`ahnya sholat Raghaib :

1. "Iqtida` As Shiratul Mustaqim" : hal.283. Dan "Tulisan Ilmiyah diantara dua orang Imam ; Al `Izz bin `Abdus Salam dan Ibnu As Sholah sekitar Sholat Raghaaib." 2. "Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist" : hal. 39 dan seterusnya. 3. "Al Madkhal" oleh Ibnu Al Haaj : 1/293. 4. "As Sunan wal Mubtadi`aat" : hal. 140. 5. "Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab" : hal. 47. 6. "Fataawa An Nawawiy" : hal. 26. 7. "Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah" : 2/2. 8. "Al Maudhuu`aat" : 2/124. 9. "Allaalaaiy Al mashnu`ah" : 2/57. 10. "Tanzihus Syari`ah" : 2/92. 11. "Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab" : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab. 12. "Safarus Sa`adah" : hal. 150.

Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab adalah palsu, sesungguhnya telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang palsunya hadits sholat Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz Ibnu hajar, Adz Dzahabiy, Al `Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy dan selain dari mereka. Kandungan dari hadits-hadits yang palsu itu ialah mengenai keutamaan berpuasa pada hari itu, mendirikan malamnya, dinamakan "sholat Ar Raghaaib," para ahli Tahqiiq dikalangan ahli ilmu telah melarang mengkhususkan hari tersebut untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya melaksanakan sholat dengan cara yang bid`ah ini, demikian juga pengagungan hari tersebut dengan cara membuat makanan makanan yang enak enak, mengishtiharkan bentuk bentuk yang indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa hari ini lebih utama dari hari hari yang lainnya.

Sholat Ummu Daawud dipertengahan bulan Rajab

Demikian juga hari terakhir dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan sholat "Ummu Daawud" ini juga tidak ada asholnya sama sekali. "Iqtidaus Shiraatul Mustaqim" : hal. 293.

Berkata Al Imam Al hafidz Abu Al Khatthaab : "Adapun sholat Ar Raghaaib, yang dituduh sebagai pemalsu hadits ini ialah : `Ali bin `Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini dengan menampilkan rawi rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab." Pembahasan Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam : "Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist" : hal. 40.

Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab : "Bahjatul Asraar fit Tashauf". Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta. Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib. Lihat terjemahannya dalam : "Al `Ibir fi Khabar min Ghubar." : (3/116), "Al Mizan" : (3/142), "Al Lisaan" : (4/238), "Maraatul Jinaan" (3/28), "Al Muntadzim" : (8/14), "Al `Aqduts Tsamiin" : (6/179).

Asal sholat ini sebagaimana diceritakan oleh : At Thurthuusyiy dalam "kitabnya" : "Telah mengkhabarkan kepada saya Abu Muhammad Al Maqdisiy, berkata Abu Syaamah dalam "Al Baa`its" : hal. 33 : "Saya berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah `Abdul `Aziz bin Ahmad bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan darinya Makkiy bin `Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai As Syaikh yang dipercaya, Allahu A`lam." Berkata dia: tidak pernah sama sekali dikalangan kami di Baitul Maqdis ini diamalkan sholat Ar Raghaaib, yaitu sholat yang dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya`ban.

Inilah bid`ah yang pertama kali muncul di sisi kami pada tahun 448 H, dimana ketika itu datang ke tempat kami di Baitil Maqdis seorang laki laki dari Naabilis dikenal dengan nama Ibnu Abil Hamraa`, suaranya sangat bagus sekali dalam membaca Al Quran, pada malam pertengahan (malam keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan sholat di Al Masjidil Aqsha dan sholat di belakangnya satu orang, lalu bergabung dengan orang ketiga dan keempat, tidaklah dia menamatkan bacaan Al Quran kecuali telah sholat bersamanya jama`ah yang banyak sekali, kemudian pada tahun selanjutnya, banyak sekali manusia sholat bersamanya, setelah itu menyebarlah di sekitar Al Masjidil Aqsha sholat tersebut, terus menyebar dan masuk ke rumah rumah manusia lainnya, kemudian tetaplah pada zaman itu dimalkan sholat tersebut yang seolah olah sudah menjadi satu sunnah di kalangan masyarakat sampai pada hari kita ini.

Dikatakan kepada laki laki yang pertama kali mengada adakan sholat itu setelah dia meninggalkannya, sesungguhnya kami melihat kamu mendirikan sholat ini dengan jama`ah. Dia menjawab dengan mudah : "Saya akan minta ampun kepada Allah Ta`ala."

Kemudian berkata Abu Syaamah : "Adapun sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul Maqdis kecuali setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum ini." (Al Baa`itsu : hal. 32-33).

Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban dan Sholat Al Alfiah.

Sesungguhnya As Syaikh Taqiyuddin Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah dimintai fatwa tentang hal ini, lalu beliau menjawab :

"Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400 H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya."

Sumber : posting dari Armansyah (member milis surau)

Berikut ini kami kutipkan terjemahan dari kitab : Al Fawaaid Al Majmu`ah fi Al Ahadiits Al Maudhu`ah, hal. 100-101, dan hal. 439-440. Karya Syaikul Islam Muhammad Bin `Ali As Syaukaniy (Wafat : 1250 H):

Klik disini untuk melanjutkan »»

NASA confirms water on Mars

.
0 comments

Until now, the evidence for ice has been circumstantial

LOS ANGELES - The Phoenix spacecraft has tasted Martian water for the first time, scientists reported Thursday.

By melting icy soil in one of its lab instruments, the robot confirmed the presence of frozen water lurking below the Martian permafrost. Until now, evidence of ice in Mars' north pole region has been largely circumstantial.

In 2002, the orbiting Odyssey spacecraft spied what looked like a reservoir of buried ice. After Phoenix arrived, it found what looked like ice in a hard patch underneath its landing site and changes in a trench indicated some ice had turned to gas when exposed to the sun.

Scientists popped open champagne when they received confirmation Wednesday that the soil contained ice.

"We've now finally touched it and tasted it," William Boynton of the University of Arizona said during a news conference in Tucson on Thursday. "From my standpoint, it tastes very fine."

Phoenix landed on Mars on May 25 on a three-month hunt to determine if it could support life. It is conducting experiments to learn whether the ice ever melted in the red planet's history that could have led to a more hospitable environment. It is also searching for the elusive organic-based compounds essential for simple life forms to emerge.

The ice confirmation earlier this week was accidental. After two failed attempts to deliver ice-rich soil to one of Phoenix's eight lab ovens, researchers decided to collect pure soil instead. Surprisingly, the sample was mixed with a little bit of ice, said Boynton, who heads the oven instrument.

Researchers were able to prove the soil had ice in it because it melted in the oven at 32 degrees Fahrenheit (0 Celsius) — the melting point of ice — and released water molecules. Plans called for baking the soil at even higher temperatures next week to sniff for carbon-based compounds.

The latest scientific finding is the first piece of good news for a mission that has been dogged by difficulties in recent weeks.

An electrical short on one of Phoenix's test ovens threatened the instrument, but scientists said the problem has not recurred. The lander, which spent the past several weeks drilling into the hard ice, also had trouble delivering ice shavings into an oven until the success this week.

NASA said Phoenix has achieved minimum success thus far. The space agency on Thursday announced that it would extend the mission for an extra two months until the end of September, adding $2 million more to the $420 million price tag, said Michael Meyer, Mars chief scientist at NASA headquarters.

Unlike the twin rovers roaming near the Martian equator, Phoenix's lifetime cannot be extended much more because it likely won't have enough power to survive the Martian winter.

by:http://www.msnbc.msn.com/id/25954096/

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

© Copyright 2007-2008. Namablog.com . All rightsreserved | namablog.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com